Tari bali merupakan bagian organik dari masyarakat pendukungnya dan perwatakan dari masyarakatnya tercermin dalam tari. (I Made Bandem, 1983). Menurut struktur masyarakatnya, seni tari bali dapat dibagi menjadi 3 (Tiga) periode yaitu:
1. Periode Masyarakat Primitif (Pra-Hindu) (20.000 S.M-400 M)
2. Periode Masyarakat Feodal (400 M-1945)
3. Periode Masyarakat modern (sejak tahun 1945)
adapun beberapa jenis tarian di Bali seperti :
- TARI LEGONG KRATON
Legong adalah salah satu tari Bali yang terkenal di dunia pariwisata Bali. Bahkan tarian ini sudah banyak dimainkan di negara – negara lain. Dari semua tarian klasik Bali, Legong tetap menjadi intisari feminitas dan keanggunan. Kata Legong berasal dari kata “leg” yang berarti gerak tari yang luwes atau lentur, “gong” berarti gamelan; “Legong” dapat diartikan sebagai gerak tari yang terikat oleh gamelan yang mengiringinya.
Konon ide awal dari Tari Legong berasal dari seorang pangeran dari Sukawati yang dalam keadaan sakit keras bermimpi melihat dua gadis menari dengan lemah gemulai diiringi oleh gamelan yang indah. Ketika sang pangeran sembuh dari sakitnya mimpi tersebut dituangkan kedalam tarian dengan gamelan lengkap. Tari Legong ditarikan oleh 2 orang penari anak – anak yang belum puber (14 tahun-an), namun pada beberapa Tari Legong terdapat seorang penari tambahan yang disebut dengan condong yang tidak dilengkapi dengan kipas; selain itu juga pada beberapa tempat Tari Legong ini ditarikan oleh wanita dewasa.
Terdapat sekitar 18 tari Legong yang dikembangkan di selatan Bali, seperti Gianyar, Badung, Denpasar dan Tabanan; misalnya Tari Legong Kraton (Lasem), Tari Legong Jobog, Tari Legong Legod Bawa, Tari Legong Kuntul, beberapa daerah mempunyai legong yang khas. Di Desa Tista (Tabanan) terdapat jenis Legong yang dinamakan Andir (Nandir). Di pura Pajegan Agung (Ketewel) terdapat juga tari legong yang memakai topeng dinamakan Sanghyang Legong atau Topeng Legong.
Salah satu Tari Legong yang paling terkenal adalah Legong Kraton (Lasem), pada Tari Legong ini seorang penari (condong) akan muncul pertama kali, kemudian menyusul 2 orang penari (legong). Tari ini mengambil dasar dari cabang cerita Panji(abad ke-12 dan ke-13, masa kerajaan Kadiri), yaitu tentang keinginan raja (adipati) Lasem (sekarang termasuk kabupaten Rembang) untuk meminang Rangkesari, putri kerajaan Daha (Kadiri), namun ia berbuat tidak terpuji dengan menculik putri tersebut. Sang putri menolak pinangan sang Adipati karena ia telah terikat oleh Raden Panji dari Kahuripan. Mengetahui adiknya diculik, raja Kadiri yang merupakan kakak dari putri Rangkesari menyatakan perang dan berangkat ke Lasem. Sebelum berperang, sang Adipati Lasem harus berperang menghadapi serangan burung garuda, dan ia berhasil lolos. Namun akhirnya ia meninggal dalam perang melawan raja Daha.
0 komentar:
Posting Komentar